Cilegon, Cakra Nusantara,
Tempat-tempat hiburan berkedok rumah makan dan
kafe semakin menjamur di Kota Cilegon. Tidak hanya di sepanjang jalur Simpang
Tiga-Anyer, namun Jalan Lingkar Selatan (JLS) juga menjadi incaran para
pengusaha hiburan.Tempat-tempat hiburan tersebut tidak seperti
warung remang-remang (warem), tetapi layaknya rumah makan dengan struktur
bangunan permanen. Namun setiap malam rumah makan menjadi riuh dengan suara
musik keras disertai wanita-wanita malam.“Mulai jam 20.00 WIB, tempatnya jadi full musik,
sudah begitu wanita-wanita malam lalu-lalang,” ujar Harun, warga Kalitimbang,
Kecamatan Cibeber, belum lama ini.Harun mengatakan, sebagian
tempat-tempat hiburan masuk ke wilayah Desa Harjatani, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten serang. Oleh karena itu, pemerintah harus segera berkoordinasi dengan Pemkab Serang untuk membahas keberadaan tempat-tempat hiburan.“Dulu sih tempatnya warem, kalau sekarang lebih elite. Ada yang di Harjatani, sebagaian besar di Kalitimbang. Karena itu pembahasannya harus lintas daerah,” terangnya.Sementara itu, Madro'i, warga Kampung Cigodag, Desa Harjatani, Kecamatan Kramatwatu, mengaku miris dengan maraknya tempat-tempat hiburan berkedok kafe. Ia menduga tempat-tempat hiburan itu dibekingi oknum aparat atau pejabat. “Kalau warem sih kami masih bisa bertindak, tapi kalau yang ini sepertinya yang punya orang penting. Sebab keluar modalnya pasti tinggi,” tuturnya.Namun di satu sisi, banyaknya wanita malam membuat masyarakat setempat resah. Sebab, tentunya hal tersebut mampu berdampak buruk terhadap para pemuda sekitar. “Setiap malam wanita cantik berpakaian minim keluar masuk digandeng para tamu. Mereka nyanyi semalaman sampai mabuk. Kalau ini dibiarkan, bisa-bisa para pemuda di kampung kami senang mabuk sampai pagi,” ujar Madro'i.
tempat-tempat hiburan masuk ke wilayah Desa Harjatani, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten serang. Oleh karena itu, pemerintah harus segera berkoordinasi dengan Pemkab Serang untuk membahas keberadaan tempat-tempat hiburan.“Dulu sih tempatnya warem, kalau sekarang lebih elite. Ada yang di Harjatani, sebagaian besar di Kalitimbang. Karena itu pembahasannya harus lintas daerah,” terangnya.Sementara itu, Madro'i, warga Kampung Cigodag, Desa Harjatani, Kecamatan Kramatwatu, mengaku miris dengan maraknya tempat-tempat hiburan berkedok kafe. Ia menduga tempat-tempat hiburan itu dibekingi oknum aparat atau pejabat. “Kalau warem sih kami masih bisa bertindak, tapi kalau yang ini sepertinya yang punya orang penting. Sebab keluar modalnya pasti tinggi,” tuturnya.Namun di satu sisi, banyaknya wanita malam membuat masyarakat setempat resah. Sebab, tentunya hal tersebut mampu berdampak buruk terhadap para pemuda sekitar. “Setiap malam wanita cantik berpakaian minim keluar masuk digandeng para tamu. Mereka nyanyi semalaman sampai mabuk. Kalau ini dibiarkan, bisa-bisa para pemuda di kampung kami senang mabuk sampai pagi,” ujar Madro'i.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Disbudpar) Cilegon Bukhori mengaku akan menyelidiki keberadaan
tempat hiburan di JLS. “Nanti akan saya utus pegawai untuk melihat kafe-kafe
itu. Kalau memang ternyata tempat hiburan, kami akan koordinasi dengan dinas
dan instansi terkait untuk menyikapinya,” katanya saat dihubungi melalui
telepon genggam.Sementara Asda I Setda Pemkot Cilegon
Taufikurahman menilai perlunya kerja sama dengan Pemkab Serang dalam menyikapi
keberadaan tempat-tempat hiburan di JLS. “Itu daerah perbatasan, memang
seharusnya dibahas bersama-sama,” katanya
.
cafe cuman sebagai kedok, mampir di warung kita juga ya jasa sablon gelas plastik bandung
BalasHapus.
BalasHapus